Sabtu, 10 Desember 2011

peristiwa

Peristiwa ulang tahun sering dirayakan orang; padahal, setiap ulang ta-
hun berarti penambahan usia, semakin tua; dan ketuaan adalah sesuatu yang
sedapat mungkin dihindari. Orang berusaha untuk tetap muda, tetap aktif dan
berguna.
Lalu, apa sebenarnya tujuan perayaan ulang tahun ? Sebagian alasannya,
untuk berhenti
mungkin karena peristiwa ulang tahun merupakan kesempatan
sejenak, merenungkan kembali dan menghitung-hitung apa yang telah dikerja-
kan, berapa jauh perjalanan yang telah ditempuh, mensyukuri keberhasilan dan
mempelajari kesalahan/kekeliruan yang telah diperbuat agar tidak terulang lagi
di kemudian hari. Hal-hal seperti itulah yang membuat kita semakin arif, dan
lebih berhati-hati merencanakan langkah selanjutnya.

Senin, 28 November 2011







Diagnosa Kehamilan”


A . Mengidentifikasi Tanda Pasti Hamil :
1 . Adanya gerakan janin yang dapat dilihat, dirasakan dan diraba.
2 . Teraba bagian-bagian janin dan dapat dikenali bagian-bagian janin tersebut.
3 . Terdengar bunyi jantung janin (BJJ) pada auskultasi. BJJ dapat terdengar saat umur kehamilan 12 minggu dengan menggunakan Doppler, dan 18-20 minggu dengan menggunakan stetoskop Laennec, serta dapat dicatat dengan alat kardiotograf.
4 . Terlihat gambaran janin dengan menggunnakan ultrasonografi (USG) atau scanning dan dapat diperkirakan tuanya kehamilan serta dapat menilai pertumbuhan janin.
5 . Tampak kerangka janin pada pemeriksaann sinar X. Sekarang tidak digunakan
karena dampak radiasi terhadap janin.

B . Mengidentifikasi Tanda Tidak Pasti Hamil
1 . Perut membesar
2 . Uterus membesar, sesuai dengan umur kehamilan
3 . Pada pemeriksaan dalam dijumpai :
·         Tanda Hegar
=> Pada triwulan pertama Isthmus uteri menjadi lebih panjang dan lunak.
·         Tanda Brackston Hicks
=> Kontraksi uterus (perut terasa kencang) tetapi tidak disertai rasa nyeri.
·         Tanda Piscasek
=> Pembesaran dan pelunakan pada tempat implantasi. Biasannya ditemukan saat umur 10 minggu.
·         Tanda Goodell
=> Portio teraba melunak


·         Tanda Chadwicks
=> Mukosa vagina dan vulva tampak berwarna kebiruan karena hipervaskularisasi yang disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen.
4 . Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/ melayang dalam cairan), pada umur 16-20 minggu.
5 . Reaksi kehamilan positif

C . Mengidentifikasi Tanda Mungkin Hamil
1 . Amenorhea
=> Wanita tidak datang menstruasi 2 bulan berturut-turut.
2 . Nausea (mual) dan emesis (muntah)
=> Umumnya terjadi pada wanita hamil muda umur 6-8 minggu. Mual-mual pada pagi hari disebut “morning sickness”. Akibat dari pengaruh hormon progesteron dan estrogen sehingga pengeluaran asam lambung berlebihan.
3 . Mastodynia
=> Payudara terasa nyeri dan kencang disebabkan payudara membesar karena pengaruh hormon estrogen pada ductus mammae dan progesteron pada alveoli.
4 . Quickening
=> Perasaan gerakan janin pada minggu ke 18 atau minggu 20 (primigravida) dan umur 14 atau 16 minggu pada multi gravida. Gerakan janin pertama kali dapat digunakan untuk menentukan umur kehamilan.
5 . Miksi
=> Wanita hamil trimester I dan III sering merasakan sering kencing karena uterus yang gravid mendesak vesica urinaria.
6 . Konstipasi
=> Kesulitan buang air besar karena pengaruh hormon progesteron yang menghambat peristaltik usus dan karena perubahan pola makan.



7 . Weight gain
=> Pertambahan berat badan ibu tidak selalu berbanding lurus dengan pertambahan berat janin. Pertambahan berat badan ibu ada artinya setelah umur 20 minggu.Umumnya pertambahan berat badan normal selama kehamilan adalah 8-14 kg.
8 . Fatigue
=> Perasaan lelah pada ibu hamil sulit diterangkan, namun kerja jantung dirasakan lebih berat pada umur 32 minggu.
9 . Nail sign
=> Umumnya umur 6 minggu wanita hamil mengeluh ujung kuku lunak dan lebih tipis.
10 . Mengidam
=> Ingin makanan atau minuman tertentu. Hal ini terjadi pada bulan-bulan pertama.
11 . Sinkope (pingsan)
=> Adanya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) sehingga menyebabkan iskemik susunan saraf pusat.
12 . Pigmentasi kulit
=> Pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, sering dijumpai pada muka (chloasma gravidarum), dinding perut (striae gravidarum = suatu perubahan warna seperti jaringan parut), leher dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu menonjol, kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah menifes).
13 . Epulis
=> Hipertropi papilla ginggivae (gusi berdarah).
14 . Varises
=> Pemekaran vena-vena, dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva. Biasanya dijumpai pada triwulan akhir. Disebabkan oleh pengaruh dari estrogen dan progesterone.
15 . Salivasi berlebihan
16 . Anoreksia
=> Tidak ada selera makan, biasanya timbul pada TM I, kemudian nafsu makan akan muncul kembali.

D . Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
a) Anamnesa / Riwayat :
1 . Identitas pasien :
    • Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
    • Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
    • Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
2 . Anamnesa obstetri :
    • Kehamilan yang ke …..
    • Hari pertama haid terakhir-HPHT ( “last menstrual periode”-LMP )
    • Riwayat obstetri:
ü  Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
ü  Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
ü  Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
ü  Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini )
    • Pada primigravida :
ü  Lama kawin, pernikahan yang ke ….
ü  Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. Tahun.
3 . Anamnesa tambahan :
Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air besar, kebiasaan merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama kehamilan).
b) Pemeriksaan fisik
1 . Pemeriksaan fisik umum
    • Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus, kesadaran, komunikasi personal.
    • Tinggi dan berat badan.
    • Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
    • Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
2 . Pemeriksaan khusus obstetri
    • Inspeksi :
ü  Chloasma gravidarum.
ü  Keadaan kelenjar thyroid.
ü  Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
ü  Keadaan vulva dan perineum.
    • Palpasi, tujuannya :
ü  Memperkirakan adanya kehamilan.
ü  Memperkirakan usia kehamilan.
ü  Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
ü  Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
ü  Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
·         Auskultasi :
ü  Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee.
ü  Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
ü  Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak 3 kali.
ü  Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi detik jantung janin 32 x 4 = 128 kali per menit.
ü  Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.
c) Pemeriksaan abdomen :
·         Leopold I
=> Untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam fundus.
·         Leopold II
=> Untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian kecil pada anak.
·         Leopold III
=> Untuk menentukan bagian apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
·         Leopold IV
=> Untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul.
d) Uji Laboratorium :
1 . Urin
=> Uji semacam ini tersedia dipasaran atau distribusi medis. Uji tersebut dinyatakan positif jika konsentrasi hCG dalam urin mencapai 25 mI, biasanya terjadi pada saat tidak menstruasi atau 12-14 hari setelah konsepsi.Uji dengan hasil positif mempunyai nilai prediksi terhadap kehamilan sebanyak 99,5 %. Hasil negatif palsu dapat terjadi karena rendahnya konsentrasi hCG, sebagai akibat urin yang terlalu encer, tanggal yang tidak akurat, KE atau gangguan pada ovum.
2 . Serum Beta hCG :
·         Dideteksi 7 sampai 11 hari setelah konsepsi
·         Dilakukan 2 kali setiap 2 hari selama 10 minggu
·         Penyebab turunnya hCG biasanya karena aborsi spontan, ovum yang terganggu, dan kehamilan yang dipertahankan setelah 12 minggu.

E .10 Kesimpulan Pemeriksaan Kehamilan :
1.    Hamil atau tidak hamil ( berdasarkan tanda pasti kehamilan ).
  1. Primigravida atau multigravida.
               G (gravida ) ………P(para) 1 – 2 – 3 – 4.
·         Jumlah partus aterm (> 37 minggu/ berat anak > 2500 g).
·         Jumlah partus preterm (22 – 37 minggu / berat anak < 2500g )
·         Jumlah abortus ( < 20 minggu ).
·         Jumlah anak hidup saat ini.
  1. Anak hidup atau mati.
  2. Usia kehamilan ( aterm / preterm ……… minggu ).
  3. Letak anak :
    • Situs : misalnya situs longitudinal.
    • Habitus : misalnya fleksi.
    • Posisi : misalnya punggung kiri dengan ubun-ubun kecil kiri melintang.
    • Presentasi : misalnya presentasi belakang kepala.
6.   Kehamilan intra atau ekstrauterin.
7.   Hamil tunggal atau kembar.
8.   Inpartu atau tidak  ( sebutkan tahapan persalinan)
9.   Keadaan jalan lahir : tumor jalan lahir, hasil pemeriksaan pelvimetri klinik, cacat rahim pasca sectio caesar atau miomektomi intramural.
10. Keadaan umum ibu :
·         Komplikasi atau penyakit penyakit yang menyertai kehamilan atau persalinan ( misal: pre – eklampsia, anemia , hepatitis dsb nya )
·         Komplikasi persalinan ( misal : “secondary arrest” , kala II memanjang, gawat janin )

DIAGNOSA :
1.    Diagnosa ibu :
           Misalnya :
v  G 1 P0 inpartu kala I fase aktif
v  (Penyulit kehamilan) Pre eklampsia berat dan anemia gravidarum
2.    Diagnosa anak :
           Misalnya : Janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.



TOKSOPLASMOSIS

A.    DEFENISI
Salah satu infeksi yang berbahaya bagi wanita hamil adalah infeksi dan berkembangnya parasit  Toxoplasma gondii. Sesuai dengan nama parasit penyebabnya, ini juga disebut sebagai toksoplasmosis. Terutama pada ibu hamil, hasil positif atas pemeriksaan tokso ini perlu diperhatikan, karena berpotensi menyebabkan keguguran atau bayi cacat. Potensi penularan tokso terhadap janin selama masa kehamilan ini sangat tinggi, yaitu bisa mencapai 50%. Infeksi yang terjadi pada janin dan ibu (toksoplasmosis kongenital) ini berpotensi menyebabkan cacat bawaan terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal (sampai usia janin 3 bulan), dan akan menurun potensinya pada usia kehamilan lanjut. Pemeriksaan toksoplasma ini seringkali dilakukan bersama dengan rubella, cytomegalovirus dan herpes simpleks, sehingga seringkali disebut sebagai pemeriksaan TORCH.
B.  INSIDEN
Data yang diperoleh dari National Collaborative Perinatal Project (NCPP) menunjukkan angka seroprevalensi toxoplasma 38,7% dari 22.000 wanita di Amerika Serikat, dan insidensi infeksi akut pada ibu selama kehamilan diperkirakan 1,1/1000.
Menurut penelitian terakhir, insidensi dari infeksi toxoplasma kongenital di Amerika Serikat mencapai 1-8/1000 kelahiran. Transmisi vertikal T.gondii dari ibu ke bayi berkisar antara 30-40%, namun angka tersebut sangat bervariasi menurut usia hehamilan dimana infeksi akut tersebut muncul. Angka transmisi rata-rata pada trisemester pertama sekitar 15%, namun meningkat hingga mencapai 60% pada trisemester ketiga.
Berdasarkan program skrining yang dilakukan di Massachusetts dan New Hampshire untuk mendeteksi toxoplasmosis kongenital, ditemukan 9 dari 48 bayi baru lahir memiliki kelainan pada sistem saraf pusat dan retina, Setelah perawatan, hanya 1 dari 46 anak yang terdeteksi menderita defisit neurologis, dan 4 anak menderita lesi pada mata. Program penelitian yang lain juga melaporkan adanya perbaikan dengan perawatan sedini mungkin. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa diagnosa dan perawatan secara dini dapat mengurangi secara signifikan resiko defisit neurologis pada bayi dan anak yang terinfeksi.
C.    PENYEBAB
Penyakit ini bisa menular ke manusia akibat termakannya spora Toxoplasma gondii. Misalnya makan daging mentah yang mengandung telur (ookista) toksoplasma atau sayuran yang terkontaminasi telur ini. Parasit ini sendiri bisa berbiak di semua mamalia, seperti ternak atau hewan peliharaan (anjing, kucing dan burung). Sayangnya infeksi toksoplasma ini di sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala yang jelas. Oleh karenanya pemeriksaan laboratorium semacam TORCH sangat dianjurkan sebelum memulai kehamilan, atau minimal di saat awal kehamilan. Bila ditemukan hasil positif, harus dilakukan terapi sampai sembuh terlebih dahulu sebelum melanjutkan kehamilan.
D.      MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP

Toxoplasma gondii mempunyai tiga bentuk, yaitu :
1)      Ookista, dibentuk dalam mukosa usus kucing melalui gameto-gametogoni (reproduksi seksual), dikeluarkan melalui tinja, dan di tanah akan membentuk dua sporakista dan masing- masing membentuk 4 sporozoid. Ookista menjadi matang dalam 1 ­ 5 hari menjadi sporozoid infektif. Seekor kucing mengeluarkan 10 juta ookista/hari dalam 2 minggu. Ookista mati dalam suhu 45­50°C atau dikeringkan, dicampur formalin, ammonia atau larutan iodium.
2)      Takizoit (tachyzoid trofozoit yang membelah cepat). Bentuk ini ditemukan pada infeksi akut. Trofozoit ini dibebaskan dari ookista dan kista ke aliran darah dan masuk ke berbagai organ di tubuh dan akan menjadi :
3)      Kista, yang terbentuk dalam jaringan tubuh hospes perantara, berisi bradizoit (trofozoit yang membelah perlahan), jadi tidak dibentuk stadium seksual tetapi stadium istirahat (kista).Kista ditemukan pada infeksi menahun terutama di otak, otot skeletal dan otot jantung dan dapat menetap seumur hidup.
Di otak kista berbentuk lonjong atau bulat, di otot mengikuti bentuk sel otot. Trofozoid dan kista jaringan terdapat di semua binatang hospes perantara dan pada kucing sebagai hospes definitif (complete host). Trofozoid berbentuk serupa bulan sabit dengan satu ujung yang runcing dan ujung lain yang agak membulat. Panjangnya 4­8 u dan mempunyai satu inti yang letaknya kira-kira di tengah. Trofozoid berkembang biak dalam sel secara endodiogoni. Bila sel penuh dengan trofozoid, maka sel akan pecah, trofozoid memenuhi sel-sel di sekitarnya atau difagositosis oleh makrofag,

E.     PATOGENESIS

Invasi kista atau ookista terjadi di usus; parasit memasuki sel atau difagositosis, berkembang biak dalam sel dan menyebabkan sel hospes pecah dan menyerang sel-sel lain. Dengan adanya parasit di dalam makrofag dan limfosit, maka penyebaran secara hematogen dan limfogen ke seluruh tubuh mudah terjadi.

Trofozoid dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes (manusia) yaitu semua sel yang berinti termasuk garnet, bahkan zygote sehingga terjadi kegagalan fertilisasi. Kistadibentuk j ika sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan di berbagai alat dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh, tergantung pada :
1.      Umur; pada bayi kerusakannya lebih berat dari orang dewasa
2.      Virulensi strain Toxoplasma
3.      Jumlah parasit
4.      Organ yang diserang.
Lesi susunan saraf pusat (S SP) dan mata biasanya lebih berat dan permanen, oleh karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan untuk ber-regenerasi. Kelainan SSP berupa nekrosis yang disertai dengankalsifikasi; penyumbatanakuaduktus Sylviikarena ependimitis mengakibatkan hidrosefalus pada bayi.
Pada infeksi akut retina terdapat reaksi radang fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit dan menyebabkan kerusakan fokal pada proses penyembuhan terjadi sikatriks dengan atrofi retina dan koroid disertai pigmentasi.

F.  TRANSMISI PENYAKIT (CARA INFEKSI)

a.       Toxoplasmosis kongenital, transmisi Toxoplasma gondii ke janin in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil.
b.      Toxoplasmosis akuisita; infeksi terjadi bila makan daging mentah atau kurang matang (sate), kalau daging tersebut mengandung kista atau trofozoid Toxoplasma gondii.

c.       Infeksi di laboratorium binatang percobaan yang mengan dung Toxoplasma gondii, melalui jarum suntik dan alat laborato rium lain yang terkontaminasi. Wanita hamil tidak dianjurkan bekerja di lingkungan yang mengandung Toxoplasma gondii hidup.
Pernah dilaporkan adanya infeksi dengan Toxoplasma gondii waktu mengerjakan autopsi. Walaupun infeksi dengan Toxoplasma gondii banyak ditemukan pada manusia dan berbagai spesies mamalia lainnya, tetapi hanya kucing dan binatang sejenisnya (Felidae) yang dapat mengeluarkan ookista melalui tinjanya. Transmisi melaluibentuk ookista menyerahkan infeksi Toxoplasma gondii pada orang yang tidak senang makan daging atau terjadi pada binatang herbivora. Serangga, moluska dan cacing tanah dapat berperan sebagai transport host.

G. ASPEK KLINIS

1.      Toxoplasmosis akuisita
a)      Toxoplasmosis akuisita pada orang sehat asimptomatis,biasanya sembuh sempurna; dapat dijumpai non febrile disseminated lymphadenopathy yang menyerupai infeksi mononuklsis; gejala berat seperti ensefalitis, miokarditis dan pneumonia jarang terjadi.
b)      Toxoplasmosis akuisita pada orang menderita immunodefisiensi; keadaan ini menyebabkan penyakit menjadi berat dan fatal, disebabkan oleh infeksi primer atau reakti vasi infeksi laten.
2.      Toxoplasmosis Kongenital
Terjadi akibat masuknya Toxoplasma melewati sawar plasenta pada 20--30% wanita hamil dengan infeksi primer. Ada 4 bentuk :
a)      Neonatus dilahirkan dengan gejala
b) Gejala timbul dalam minggu atau bulan-bulan pertama
c)  Gejala sisa atau relaps penyakit yang tidak terdiagnosis selama anak dan remaja
Infeksi subklinis
(1)   Kuman TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalo virus, Herpes simplex virus) merupakan salah satu penyebab Penyakit Radang Panggul (PRP) pada wanita; wanita dengan PRP tanpa keluhan disebut subklinis, tetapi akibat yang ditimbulkan adalah kemandulan (infertilitas). Pengalaman di Makmal Terpadu Immunoendokrinologi FK-UI pada tahun 1989-1990 membuktikan bahwa hampir 70% wanita infertil, terutama infertil sekunder ternyata terinfeksi dengan kuman TORCH. Banyak wanita infertil tidak mempunyai keluhan, tidak mempunyai riwayat infeksi, tetapi pada pemeriksaan labora- torium terdapat positif terinfeksi kuman TORCH, sehingga diperkirakan bahwa banyak kasus infeksi subklinis berlalu tanpa terdiagnosis.
Perlu diduga adanya infeksi subklinis, bila :
a. Dijumpai adanya penyumbatan/perlengketan tuba, meskipun tidak ada riwayat infeksi.
b. Riwayat kehamilan ektopik.
c. Ditemukan perlengketan genitalia interna pada saat laparaskopi maupun laparatomi.
d.                     Wanita dengan fluor vagina mukopurulen tanpa keluhan
e. PRP.
f. Wanita yang seksual aktif.
g.      Wanita yang sistitis berulang.
h.      Wanita dengan riwayat adneksitis.

H.    MANIFESTASI KLINIS

1.      IBU
Gejala-gejala dari infeksi toxoplasma akut pada wanita hamil dapat bersifat sementara dan tidak spesifik, dan sebagian besar kasus menjadi tidak terdiagnosa tanpa tersedianya skrining antibodi universal. Ketika gejala-gejala timbul, biasanya terbatas pada limfadenopati dan kelelahan; adenofati dapat menetap selama berbulan-bulan dan melibatkan suatu nodus limfatikus tunggal. Kadang dapat pula ditemukan sindrom mirip mononukleosis dengan karakteristik berupa demam, malaise, tenggorokan gatal, nyeri kepala, mialgia, dan limfositosis atipikal.
2.      ANAK
Seorang anak dengan infeksi toxoplasma kongenital dapat muncul dengan satu dari empat pola yang dikenal dengan:
(1) penyakit neonatus simptomatik;
(2) penyakit simptomatik yang timbul pada bulan pertama kehidupan;
(3) sekuele atau relaps; dan
(4) infeksi subklinis.
Kebanyakan anak dengan toxoplasmosis kongenital tidak menunjukkan gejala atau kelainan yang nyata pada waktu lahir. Mengenai apakah infeksi kongenital ini menggambarkan reaktifasi dari infeksi Toxoplasma sebelumnya atau infeksi yang baru didapat belum dapat dipastikan, namun gambaran riwayat penyakit dari anak dengan infeksi kongenital menunjukkan bahwa perawatan prenatal dan postnatal selama paling sedikit satu tahun dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan, bahkan pada anak dengan kalsifikasi susunan saraf pusat atau kelainan retina.
Secara umum manifestasi klinis dari toxoplasmosis dibagi menjadi 2;
·         manifestasi sistemik
Yang digolongkan ke dalam manifestasi sistemik meliputi demam, hepatosplenomegali, anemia, serta pneumonitis yang terjadi karena adanya parasitemia.
·         Neurologi seperti kelainan-kelainan seperti korioretinitis, hidrosefalus, serta serangan kejang , yang terjadi karena adanya invasi parasit melewati barier otak, maupun deposit dari kista parasit di jaringan otak.

Trias klasik dari toxoplasmosis kongenital, yaitu korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifikasi intrakranial, hanya ditemukan dalam proporsi yang sedikit pada kasus-kasus simptomatik. Demam, hepatosplenomegali, anemia, dan ikterik merupakan tanda-tanda yang lebih sering muncul. Bercak-bercak merah, trombositopenia, eosinofilia, dan pneumonitis kadang dapat ditemukan. Cairan spinal sering mengalami abnormalitas.
Keterlibatan sistem neurologis dan okular seringkali timbul kemudian apabila tidak ditemukan pada saat kelahiran. Kejang, retardasi mental, dan kekakuan adalah sekuele yang sering ditemukan.

I.       FAKTOR-FAKTOR YANG MENINGKATKAN RISIKO MENDAPATKAN TOXO
         Menyentuh tangan-tangan anda pada mulut anda setelah berkebun, membersihkan tempat kucing buang air besar, atau apa saja yang bersentuhan dengan feces kucing
         Memakan daging mentah atau yang kurang masak, terutama daging babi, daging kambing, atau daging rusa
         Menyentuh tangan-tangan anda pada mulut anda setelah kontak dengan daging mentah atau setengah matang
         Transplantasi organ atau transfusi (ini adalah jarang)

J.      PENANGANAN
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan hati.
Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya reaksi imun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan IgG yang kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian kecil kasus.
Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini. Namun sebagian besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak berkembang, dan parasit terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran (kalsifikasi). Sehingga wanita hamil yang telah memiliki lgM negatif dan lgG positif berarti telah memiliki kekebalan dan tidak perlu khawatir terinfeksi. Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan pemeriksaan secara kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila terjadi infeksi.
Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan melakukan pemeriksaan ulang. Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul infeksi baru. Meski ini jarang terjadi, tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan lgA. Pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari sejumlah kecil protein parasit ini yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang kemudian digandakan.
Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian sulfa dan pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin dapat menembus plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk pengobatan pertama. Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi.
K.       TERAPI
Indikasi pengobatan :
·         Wanita hamil dengan infeksi aktif
·         Toxoplasmosis kongenital, simptomatik atau asimptomatik
·         Toxoplasmosis dengan immunodefisiensi
·         Toxoplasmosis yang mendapat terapi immunosupresi
·         Toxoplasmosis dengan neoplasma, kelainan vaskuler kolagen, atau transplantasi organ
·         Wanita dengan silent infection oleh kuman TORCH.

Obat-obat yang digunakan :
1.      Pyrimethamine
2.      Sulfonamide : Sulfadiazine/Trisulfa
3.      Kombinasi 1 dan 2
4.      Sulfamethoxazole – Trimethoprim
5.      Spiramycin.

L.     STRATEGI BIDAN PADA TOKSOPLASMOSIS

1.      Pada Pasien Yang Belum Terinfeksi Toksoplasma
a.       Memberikan penyuluhan kepada ibu bahwa hewan peliharan khususnya kucing dapat menjadi sumber penularan toksoplasma
b.      Menganjurkan ibu untuk tidak memelihara kucing selama hamil, karena parasit toksoplasma gondii ini dapat mengganggu perkembangan janin.
c.       Menjaga kebersihan hewan peliharaan, dengan selalu memandikannya.


2.      Pada Pasien Yang Sudah Terinfeksi Toksoplasma
Menganjurkan ibu memeriksakan  diri ke dokter kandungan untuk mendapatkan pengobatan toksoplasma selama kehamilan.